You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Loading...
Logo Kelurahan Mranti
Kelurahan Mranti

Kec. Purworejo, Kab. Purworejo, Provinsi Jawa Tengah

Selamat datang di website resmi Kelurahan Mranti Kecamatan Purworejo Kabupaten Purworejo Provinsi Jawa Tengah.

Sejarah Kelurahan

Administrator 04 Januari 2023 Dibaca 566 Kali
Sejarah Kelurahan

Mranti diambil dari tokoh/pelaku babat alas yaitu Ki Jo Mranti, suami Nyi Mutiara atau menantu dari penguasa Loano. Adipati Bathara Loano (1713) atas perkawinan Nyi Mutiara dengan Ki Jo Mranti, mengijinkan pasangan muda ini untuk membuka lahan baru. Lahan yang ditunjuk saat itu merupakan bagian dari wilayah kekuasaan Kadipaten Loano. Air sangat penting dalam kehidupan manusia, tak pelak merekapun memilih tepi sungai sebagai tempat tinggal.

Pemukiman ini semakin ramai, dan bertambah banyak penduduknya. Mereka berdatangan sehingga pemukiman ini lambat laun menjadi karang pedesaan. Sungai tersebut saat ini dikenal sebagai sungai Dulang, sedang pemukiman/karang pedesaannya disebut Trukan, meliputi wilayah RW 004.

Kala karang pedesaan semakin ramai, masalah sosial pun mulai timbul dan hubungan sosial antar individu. Salah satu pendatang, seorang perempuan separuh baya sendiri, tanpa keluarga, suami ataupun anak menjadi malapetaka bagi keluarga Ki Jo Mranti dengan Nyi Mutiara. Karena kesalahpahaman, mereka berpisah. Ki Jo Mranti memilih kembali ke Loano hidup sendiri tanpa keluarga, hingga akhir hayatnya dan dimakamkan di daerah Gembulan Loano.

Sementara itu, Nyi Mutiara tidak ingin kembali ke Loano mengikuti suami, namun pergi ke arah hilir sungai. Sesampai di kawasan luas hanya ditumbuhi ilalang dan beberapa pohon jati Nyai Mutiara bermukim di daerah ini, namun tetap dekat dengan sungai. Kawasan padang ilalang luas atau dalam bahasa Jawa disebut oro-oro atau ngemplak-emplak (kemudian hari ini disebut Ngemplak).

Setelah merasa nyaman tinggal di pemukiman baru ini Nyi Mutiara ditemani adik kandungnya yaitu Gusti Ayu. Gusti Ayu ini memiliki putra bernama Tarso, sedangkan suaminya Kyai Abu Angin pergi ke Demak sebagai Kadilangu sekaligus sebagai prajurit Kerajaan Demak. Sebagai prajurit, Kyai Abu Angin memiliki kewajiban dan tewas dalam pertempuran Demak melawan Portugis.

Dalam kesendirian selama bertahun-tahun, sesungguhnya Gusti Ayu enggan menerima lamaran pemuda bernama Sodrono, pemuda asal daerah Penataran. Namun atas desakan Nyi Mutiara, maka lamaran itupun akhirnya diterima. Atas pernikahan ini dan untuk memenuhi keinginan masyarakat karang pedesaan (1742) maka Bathara Loano mewisuda Ki Sodrono menjadi Lurah, sedangkan karang pedesaannya dinamai Mranti sebagai upaya penghormatan dan mengenang jasa Ki Jo Mranti sebagai orang pertama yang membuka lahan (babat alas).

Setelah menikah, Nyi Gusti Ayu mengikuti suaminya Ki Sodrono tinggal di selatan sungai, kemungkinan di daerah Siwi-iwil. Namun, ada yang memperkirakan mereka tinggal antara Beji Siwaru atau Beji Tilampok.

Lurah ke-2 yang menggantikan Ki Sodrono bernama Ki Dipo Manggala yang tinggal di selatan sungai dan daerah ini sekarang disebut Mranti Krajan. Lalu Lurah ke-3 adalah Ki Tarso atau Ki Soyudo (sumber: alm. Legiman Noto dan alm. Sudiman). 

Pada jaman babat Purworejo dimulai (1834) oleh Tjokronegoro bersama Belanda, seiring dengan menguatnya cengkraman Belanda pasca perang Diponegoro, pemetaan dan administrasi pemerintahan dilakukan. Mranti tidak lagi menjadi bagian Kadipaten Loano, namun menjadi bagian distrik Purworejo. Wilayah Mranti dibagi menjadi 4 wilayah administrasi yaitu Blok I dan II untuk Krajan, kini menjadi dua RW yaitu RW 001 dan RW 002. Kemudian Ngemplak sebagai Blok III atau RW 003. Sedangkan Trukan menjadi wilayah Blok IV atau RW 004 saat ini.

Pada tahun 1984 terdapat perubahan sistem pemerintahan, yaitu dari Desa Mranti menjadi Kelurahan Mranti.

Berikut ini nama pejabat Lurah Mranti dari dulu hingga kini :

  1. Ki Sodrono al. Ki Wiroyudo (1742-1777)
  2. Ki Dipo Manggala (1777-1804)
  3. Ki Tarso al. Ki Soyudo (1804-1846)
  4. Ki Wongsoyudo (1846-1892)
  5. Ki Sutoyudo (1892-1925)
  6. Ki Atmoyudo (1925-1931)
  7. Ki Sumodiharjo (1931-1945)
  8. Ki Marmorejo (1945-1965)
  9. Ki S. Siswodiharjo (1965-1984)
  10. Sudarsono (1984-1989)
  11. Slamet Ariyanto (1989-1990, Plt.)
  12. Heru Suyanto (1990-1995)
  13. Drs. Wahyu Jaka Setiyanta (1995-1997)
  14. Drs. Heru Rahardjo, Msi (1997-2000)
  15. Tomy Yonata, AP (2000-2002)
  16. Suharjono (2002-2008)
  17. Nurani Mulyaningsih, SIP., MAP. (2008-2018)
  18. Triyono, S.Pd. (Januari 2018 - Juni 2019)
  19. Jaimin, SE. (September 2019 - September 2021)
  20. Ngalino, S.I.P., M.A.P. (September 2021 - sekarang)
Beri Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui oleh admin
CAPTCHA Image